Senin, 09 Januari 2012

Kehilangan dan Berduka


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan.. Penting bagi bidan memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, bidan juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat/bidan dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian




B.  TUJUAN
1.      Tujuan umum
·         Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.
  • Mengetahui  asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan berduka disfungsional
2.      Tujuan khusus
·         Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
  • Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
  • Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
                                               












                BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      KESEHATAN SPIRITUAL
a.   Pengertian
Kesehatan spiritual adalah komponen penting dari seorang individu yang dimiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi kesehatan holistik.

Spiritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang mengartikan spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia berusaha untuk mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga kesehatan spiritual.
Faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual yaitu :
1. Nutrisi spiritual
 Hal ini termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta memenuhi kewajiban keagaman yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrisi spiritual. Menilai keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Kedamaian dengan meditasi adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual.

2. Latihan
                  Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh, tetapi juga latihan spiritual untuk menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita. Sehingga latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk menuntun kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk menunjukan cinta kasih dan perasaan pada oaring lain untuk memahami dan untuk mencari kedamaian.

3.Lingkungan
                        Hal ini dikarenakan lingkungan dimana kita hidup adalah somber utama kejahatan ynag dapat mempengaruhi jiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari keburukan yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil. Tantangan yang dapat mengancam kesehatan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam dari kita.
Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada orang lain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama menberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari keinginan diri sendiri. kita.


B.     DISTRESS SPIRITUAL
a. Pengertian
            Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam sistyem keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, harapan, dan arti kehidupan seseorang.
Faktor-faktor yang berhubungan :
  1. Patofisiologis
            Berhubungan dengan tantangan pada system keyakinan atau perpisahan dari ikatan spiritual sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit terminal, penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, keguguran, kelahiran mati
b. Tindakan yang berhubungan
Berhubungan dengan konflik diantara (uraikan program yang ditentukan) dan keyakinan, yaitu aborsi, isolasi, pembedahan. Amputasi, transfuse, pengobatan, pembatasan diet dan prosedur medis 
c.   Situasional (personal, lingkungan)
ü      Berhubungan dengan kematian atau penyakit dari orang terdekat
ü      Berhubungan dengan keadaan yang memalukan pada saat melakukan ritual keagamaan
ü      Berhubungan dengan hambatan dalam melakukan ritual keagamaan (pembatasan perawatan intensif, kurangnya privacy, pembatasan ke kamar tidur atau ruangan, kurangnya tersedia makanan atau diet special)
ü      Berhubungan dengan keyakinan yang ditentang oleh keluarga, teman sebaya, pemberi perawatan kesehatan
ü      Berhubungan dengan perpisahan dengan orang yang dicintai

C.     KEHILANGAN DAN BERDUKA

      a. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan.


Faktot – faktor yang Mempengaruhi Kehilangan, yaitu:
·         Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
·         Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
·         Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
·         Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
·         Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
Dampak kehilangan :
1.            Masa anak – anak, mengencam kemampuan untuk berkembang, merasa takut saat ditinggalkan atau bila dibiarkan kesepian.
2.            Masa remaja, dapat menimbulkan disintegrasi dalam keluarga
3.            Mas dewasa, kehilangan karena kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan kehilangan semangat hidup individu yang ditinggalkan.
Fase Kehilangan :
Denial àAnger àBergaining àDepresi àAcceptance
1.    Fase Denial/ Pengingkaran
a.       Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan.
b.      Verbalisasi; “itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi”
c.       Perubahan fisik;letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2.    Fase Anger / Marah
a.       Mulai sadar akan kenyataan
b.      Marah di proyeksikan pada orang lain
c.       Reaksi fisik;muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
d.      Perilaku agresif
3.    Fase bergaining/tawar menawar
a.      Verbalisasi;”kenapa harus terjadi pada saya? “kalau saja yang sakit bukan saya, seandainya saya hati-hati”
4.    Fase depresi
a.      Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa
b.      Gejala;menolak makan, susah ridur, letih, dorongan libido menurun
5.    Fase acceptance / Menerima
a.      Pikiran pada objek yang hilang berkurang
b.      Verbalisasi;”apa yang harus saya lakukan agar saya sembuh”, “yeah, akhirnya saya harus operasi”
Tindakan Bidan pada setiap Fase Kehilangan :
1.      Tindakan pasien pada pasien dengan Tahap Pengingkaran
1).    Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara :
a.       Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
b.      Meningkatkan kesabaran pasien, secara bertahap, tentang kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.
2).    Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien untuk berbagi rasa dengan cara.
a.       Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai apa yang dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi
b.      Menjelaskan kepada pasien bahwa sikapnya dapat timbul pada siapapun yang mengalami kehilangan.
3).    Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian dengan cara :
a.       Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti, jelas, dan tidak berbelit-belit.
b.      Mengamati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
c.       Meningkatkan kesadaran dengan bertahap.
2.      Tindakan pada pasien dengan tahap kemarahan
Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawannya kembali dengan kemarahanya.
a.       Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa sebenarnya kemarahan pasien tidak di tunjukan kepada merka.
b.      Memberikan kesempatan atau mengizinkan ppasien untuk menangis
c.       Mendorong pasien untuk menyampaikan rasa marahnya
3.      Tindakan pada pasien dengan tahap tawar menawar
Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara :
a.       Mendengarkan ungkapan yang dinyatakan pasien dengan penuh perhatian
b.      Mendorong pasien untuk membicarakan atau rasa bersalahnya
c.       Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau rasa takut
4.      Tindakan pada Pasien dengan Tahap Depresi
1).    Membuat pasien mengidentifikasi rasa bersalahnya dan takut dengan cara :
a.    Mengamati perilaku pasien dan bersama-sama dengan pasien membahas tentang perasaannya
b.   Mencegah tindakan bunuh dir
2).    Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
a.    Menghargai perasaan pasien
b.   Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengkaitkan dengan kenyataan
c.    Memberi kesempatan kepada pasien untuk melampiaskan dan mengungkapkan perasaannya
d.   Bersama pasien membahas pikiran yang timbul
5.      Tindakan kepada pasien dengan tahap penerimaan
   Membantu pasien ,menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan dengan cara :
a.   Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur.
b.Membatu keluarga berbagai rasa
c. Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
d.Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
b. Berduka     
            Respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
               Jenis-jenis berduka:
1. Berduka Normal, terdiri atas perasaan, perilaku dan reaksi yang normal terhadap kehilangan, misalnya kesedihan, kemarahan, menangis dan menarik diri dari aktifitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri dari muncul sebelum  kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya ketika menerima diagnosa terminal.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh individu yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap keduaan normal.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan dengan kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka. Misalnya, kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua.













BAB III
PENUTUP
A.            KESIMPULAN
         a).  Faktor kesehatan spiritual :
1.      Nutrisi spiritual
2.      Latihan
3.      Lingkungan
         b).  Faktor yang berhubungan dengan disstres spiritual :
1.      Patofisiologis
2.      Tindakan yang berhubungan
3.      Situasional
         c).  Jenis jenis kehilangan :
1.      Kehilangan objek eksternal
2.      Kehilangan limgkungan yang sudah di kenal
3.      Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti
4.      Kehilangan suatu aspek diri
5.      Kehilangan hidup 
d).  Fase Kehilangan :
Denial àAnger àBergaining àDepresi àAcceptance




B.     SARAN
Kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respon kehilangan dan berduka (Loss and Grief), maka kami menganggap perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1.      Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2.      Dalam perumusan diagnosa keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3.      Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang tidak.












DAFTAR PUSTAKA        
1.          http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan_16.html ( Diakses pada hari Minggu, 25 Desember 2011 pukul 19 : 00 )
2.          http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/    ( Diakses pada hari Minggu, 25 Desember 2011 pukul 19 : 00 )
3.          W.Nurul Eko dan Sulistiani Ardiani.2010. KDPK ( KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN ). Pustaka Rihama. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar